Penggalan Jurnal Kehidupan, Kisah, Inspirasi, Informasi, Tips, Opini

Kamis, 30 Desember 2010

Resolusi Cinta Jelang Pergantian Tahun

Anda tentunya telah membuat beberapa resolusi jelang tahun baru ini bukan? Seperti kebulatan tekad untuk makan makanan sehat, berolahraga lebih banyak, dan mengelola keuangan Anda dengan lebih baik lagi. Lantas bagaimana dengan menjaga cinta agar tetap romantis di tahun yang baru nanti?
Yup, tak ada salahnya mendengar kata-kata bijak tentang cinta, dan bagaimana menyegarkan kembali hubungan Anda dengan tingkat kegairahan yang baru, dari para pakar relationship.
Yuk kita ikuti apa saja saran mereka.

1. Lakukan sesuatu yang romantis setiap hari
"Tidak ada batasan berapa banyak kasih yang dapat Anda perdalam ketika Anda membuat keputusan untuk melakukan sesuatu yang romantis setiap hari dalam setahun," kata Mara Goodman-Davies, pelatih relationship dan penulis A Year of Romance. Hal ini dapat sesederhana seperti saat mengatakan "Aku cinta kamu". Ucapkan kepada kekasih Anda sebagai hadiah hanya karena, atau bahkan sekedar ia cuma melakukan pekerjaan kecil saja yang sedikit meringankan tugas Anda, karena dia super sibuk. Aksi kecil cinta seperti inilah yang menentukan dasar keromantisan dalam kehidupan sehari-hari Anda.

2. Jangan dipusingkan dengan hal-hal kecil
"Sebagian besar hal yang Anda pertengkarkan biasanya hanya karena masalah sepele," kata Sam R. Hamburg, Ph.D, seorang terapis perkawinan dan penulis Will Our Love Last? Seperti misalnya berebut channel saat menonton TV bersamanya, atau yang lainnya seperti siapa yang harus mencuci piring? Padahal cukup dengan melemparkan koin, beres bukan? Tentu saja, konflik yang serius harus ditangani secara serius pula, tetapi bagaimana untuk hal-hal yang sepele? Sangat penting untuk jangan melihat masalah dengan kaca pembesar.

3. Berikan pujian dengan tulus
"Pujian adalah makanan verbal bagi jiwa," kata Daphne Rose Kingma, penulis True Love. Melimpahi kekasih Anda dengan pujian tidak hanya meningkatkan harga dirinya, tetapi ia juga dapat mengingatkan Anda, mengapa Anda jatuh cinta dengan orang yang spesial ini. Di satu sisi, ini merupakan cerminan dari kualitas spesial Anda sendiri. "Anda tidak akan berada dalam pelukan orang yang luar biasa ini jika tidak ada sesuatu yang sangat istimewa dari Anda," ungkap Kingma.

4. Jika Anda menginginkan sesuatu, katakanlah kepadanya
"Cinta melakukan banyak hal besar yang magis, tetapi itu tidak mengubah kita menjadi penyihir psikis," kata Kingma. Jika Anda ingin liontin zamrud untuk ulang tahun ke-30 Anda, katakan saja padanya tentang keinginan Anda itu, sekalipun Anda mungkin hanya akan diberinya satu set perhiasan dari perak. Biarkan si dia tahu Anda ingin mencicipi masakan di restoran mewah, sekalipun pada kenyataannya dia hanya bisa membawa Anda ke restoran yang Anda benci. Bukan karena dia tidak mencintaimu, tetapi karena pria Anda tidak memiliki uang cukup. Banyak wanita berpikir bahwa memberitahu pasangan mereka tentang apa yang mereka inginkan seakan sesuatu hal yang tidak romantis, tapi ingat, itu keinginannya untuk membuat Anda bahagia yang membuatnya begitu istimewa.

5. Sentuh, sentuh, dan sentuhlah
"Sentuhan bukanlah sekedar pilihan untuk suatu hubungan yang baik, tetapi sangat mendasar," ujar Al Link, pelatih relationship dan asisten penulis Sensual Love Secrets for Couples. Ketika Anda memberi dan menerima kasih sayang, sentuhan sensual, membangkitkan zat kimia endorfin dan gelombang oksitosin melalui sistem saraf Anda untuk menghasilkan perasaan cinta dan kebahagiaan. Ingat, pria suka disentuh dengan cara yang non-seksual juga. Link menambahkan, "Dengan pelukan sayang atau menepuk lembut, Anda dapat memberikan kenyamanan, dan penerimaan, serta membuat ikatan yang kuat dan penuh kasih yang melampaui fisik."

Share:

Selasa, 02 November 2010

Bencana dan Politik Pencitraan


Pascabencana dalam dua bulan terakhir. Mulai gempa Wasior, gempa diringi tsunami di Kepulauan Mentawai, dan letusan Gunung Merapi, semua korban selamat sangat membutuhkan bantuan, terutama logistik, obat-obatan, pakaian dan tempat berteduh. Beruntung berbagai elemen masyarakat terpanggil memberikan bantuan kepada para korban. Bantuan juga datang dari pemerintah.

Namun sayang, di balik derita para korban masih saja ada pihak yang tega bertindak tanpa mempertimbangkan etika moral. Seperti yang diberitakan di beberapa media massa, di tengah lokasi bencana dan pengungsi Merapi sekarang ini, ratusan spanduk berbagai merk seperti provider telepon seluler, makanan dan minuman, otomotif, bank swasta, dan merk produk lain seolah berlomba memasang spanduk, baligo dan umbul-umbul di lokasi bencana. Bahkan para kontestan pemilihan (parpol dan ormas) pun tak mau ketinggalan, mereka berlomba membentangkan spanduk dengan ukuran besar dan benderanya berkibar-kibar di udara.

Ya... Tujuannya tentu saja mendompleng nama di tengah duka korban hembusan awan panas Merapi. Bantuan yang mereka berikan seolah ditunggangi tendensi keuntungan dan kekuasaan. Betapa ironis dan memilukan sekali, di tengah kesedihan warga Merapi kekuatan kapital dan parpol tetap tak punya hati, mencoba menangguk keuntungan dan kekuasaan dengan cara-cara keji. Mereka larut dalam politik pencitraan (imagologi politic) yang tengah marak dalam lima tahun terakhir.

Membantu memberikan kebutuhan pokok tersebut seharusnya menjadi perhatian para parpol. Bukan malah ikut-ikutan berlomba-lomba memasang atau membentangkan spanduk di sekitar pengungsian. Pola tersebut justru melahirkan rasa tidak empati kepada masyarakat, terutama yang berada di pengungsian.

Bila mereka memiliki nurani ingin meringankan beban para korban, mengapa juga harus memasang spanduk atau media lainnya saat melakukan aksi kemanusian? Masyarakat tidak membutuhkan bentangan spanduk, baligo atau bendera mereka berkibar-kibar diudara. Yang diharapkan para pengungsi adalah kebutuhan pokok, selimut, obat-obatan dan tempat tinggal yang layak.

Sungguh "Dalam kekalutan masih banyak tangan yang tega berbuat nista..."

Share:

Sabtu, 30 Oktober 2010

Jabatan Dalam Paradigma Baru Terhadap Pekerjaan

Dalam bekerja, sikap masa bodoh atau tidak peduli pada bagian lain, sudah tidak bisa diterapkan lagi sekarang. Karena itu sebenarnya sama saja dengan bunuh diri. Mengapa? Karena kita perlu melihat pekerjaan sebagai set of skills yang bisa diaplikasikan dengan kombinasi yang berbeda-beda terhadap situasi kerja yang berbeda pula.


Kita sadari betapa dunia kerja semakin lama semakin kompleks, dan semakin bervariasi. Maka seseorang juga perlu memilih bidang spesifik lainnya. Atau bila kita bekerja di sebuah perusahaan besar, kita lebih baik melihat tugas kita sebagai proyek-proyek, atau kontrak-kontrak yang harus tuntas dan bernilai tambah.

Setidaknya dengan begitu, kita telah membangun jaringan (networking) secara berkesinambungan baik di dalam maupun di luar lingkup perusahaan. Selain itu kita justru mendapat kesempatan untuk membuka wawasan dan melihat kesempatan bagi pengembangan diri kita.

Dan kita juga harus berhati-hati agar tidak terjebak pada semata-mata menjalankan tugas sesuai job description, karena pedoman kerja itu juga bisa menjebak kita memandang pekerjaan sebagai "tugas", dan bukan sebagai ajang berkreasi atau value creating yang menyenangkan, fresh, unik, dan bisa berkembang sesuai dengan tantangan dan tuntutan pasar.

Kita tahu bahwa mengejar jabatan, dan merasa lega ketika mencapainya sekarang justru sudah dianggap sebagai paradigma kuno, kerangka berpikir 'djadul' yang merupakan awal dari stagnasi karir.

Titel pekerjaan, seperti dokter, insinyur, bankir, manajer, bahkan direktur, dulu sering membuat kita terpukau. Namun dalam dunia kerja yang kompleks, kita tahu titel pekerjaan menjadi tidak terlalu berarti lagi.

Ya... Jabatan perlu kita sikapi secara enterpreneurial untuk menciptakan kesempatan lebih lanjut.



Share:

Jumat, 29 Oktober 2010

Anak, Salah Satu Investasi Akhirat yang Gemilang

Maraknya berita anak dibuang sudah pasti membuat kita miris. Betapa tidak, seorang anak yang notabene adalah amanah dari Yang Maha Kuasa ditelantarkan begitu saja. Bukankah bagi seorang anak, pahlawan yang agung adalah seorang dewasa yang berlutut membantunya, seraya berbisik "aku sangat menyayangimu", dan berharap pahlawan yang agung itu adalah orang tua mereka?

Seorang anak adalah "Permata Hati". Keberhasilan orang tua dalam mendidik anak dan menghiasi anak dengan akhlak mulia merupakan sebuah kesuksesan mengkonstruksi hidup dalam bingkai kebahagiaan. Ia bisa menjadi penyejuk mata, dan penentram hati bagi kedua orang tuanya, dan masyarakat yang ada disekitarnya.

Anak yang sholih (cerdas hati dan pikiranya) inilah yang akan menjadi penyambung kebahagiaan hakiki bagi orangtuanya di akhirat kelak. Ia adalah investasi akhirat yang gemilang. Lantas mengapa ia disia-siakan, diterlantarkan, atau bahkan dibuang begitu saja seperti membuang sampah yang tidak berguna? Betapa tega, dan berdosanya orang tua seperti itu.

Maka bisa pula yang terjadi justru sebaliknya (anak membuang orang tuanya), Liputan6.com, "Astaga, Ada Anak Membuang Ibunya". Hukum karma? Wallahualam... Tapi coba kita simak sejenak cerita berikut ini;

Suatu hari hiduplah sepasang suami istri bersama satu orang putra. Mereka tinggal bersama dengan kedua orangtuanya yang sudah lanjut usia dan buta. Pada awalnya keluarga tersebut hidup dengan tentram dan damai. Sang anak melakukan kewajiban merawat orangtuanya dengan sabar dan penuh bakti. Demikian juga dengan sang menantu, ia selalu setia mengikuti petunjuk sang suami. Tahun demi tahun pun berlalu. Belakangan, keluarga tersebut mengalami keretakan, dan berakhir dengan peristiwa yang sangat menyedihkan.

Suatu hari sang istri mulai merasa bosan merawat mertuanya yang sudah jompo dan buta tersebut. Ia mulai mencari cara untuk menyingkirkannya dari rumah mereka. Akhirnya ia mendapatkan sebuah cara yang amat keji. Tanpa ragu ia pun mengajak suaminya untuk menyingkirkan kedua orangtuanya. Sang istri mulai mendesak.

Istri : ”Pa, saya sangat bosan merawat orangtuamu itu. Mereka berdua sangat menyebalkan dan merepotkan aku. Aku minta singkirkan saja mereka dari rumah kita.”

Suami : ”Lho kenapa? Mereka kan orangtuaku, mereka sudah merawat dan membesarkan aku sampai saat ini. Bagaimana mungkin aku menyingkirkan mereka? Tidak, aku tidak akan menelantarkan orangtuaku…!”

Istri : ”Aku minta tolong singkirkan mereka dari rumah ini pa…!”

Suami : ”Tidak… itu perbuatan yang durhaka… aku tidak mungkin melakukannya…!”

Istri : ”Kalau begitu pilih salah satu saja…! Singkirkan orangtuamu atau aku yang pergi dari rumah ini untuk selama-lamanya”

Sang suami bagaikan memakan buah simalakama. Ia sangat menghormati dan berbakti pada orangtuanya. Namun ia juga sangat menyayangi istrinya. Ia tidak ingin kehilangan keduanya, tetapi sulit baginya untuk memutuskan. Setelah lama ia berpikir dan menimbang, akhirnya sang suami bersedia mengikuti kemauan istrinya. Rencana jahat mulai dilakukan berawal dari kebodohan sang istri.

Suami : ”Sekarang bagaimana aku melakukannya?”

Istri : ”Gampang Pa… Bilang saja pada orangtuamu, bahwa kamu mau mengajak mereka jalan-jalan ke suatu tempat.”

Suami : ”Lantas… bagaimana cara membawanya?”

Istri : ”Sekarang Papa bikin saja keranjang lalu gendong mereka dengan keranjang tersebut dan ketika tiba di hutan ditinggal saja di sana. Dengan begitu biar saja mereka dimakan harimau atau mati kelaparan. Yang penting sekarang kita terbebas dari kewajiban mengurus mereka. Bereskan?”

Sang suami mulai membuat sebuah keranjang. Di sudut ruangan, anaknya yang berusia lima tahun sedang memperhatikannya dan bertanya dengan polos.

Anak : ”Ayah sedang bikin apa?”

Ayah : ”Ayah sedang bikin keranjang nak.”

Anak : ”Untuk apa ayah bikin keranjang?”

Ayah : ”Untuk menggendong kakekmu sewaktu kita rekreasi nanti nak.”

Anak : ”Nanti kalau sudah selesai dipakai, tolong ayah simpan baik-baik di kamar ayah ya!”

Ayah : ”Lah untuk apa anakku sayang?”

Anak : ”Untuk nanti kalau ayah sudah seperti kakek, saya akan menggendong ayah berekreasi dengan keranjang itu juga ayah, biar saya tidak usah repot-repot bikin keranjang lagi kan? Ingat ya ayah!”

Sang ayah merenungkan kata-kata anaknya tadi. Hati sang ayah bergejolak, tangannya gemetar dan akhirnya ia pun menghentikan niat dan rencananya untuk membuang orangtuanya. Rupanya, kata-kata sang anak yang begitu polos telah menyadarkannya dari perilaku yang menyimpang. Ia teringat tentang hukum karma, hukum sebab akibat yang akan terus berputar. Ia pun memeluk anak semata wayangnya penuh kasih sayang dengan satu harapan "semoga anakku menjadi anak yang berbakti terhadap orangtua".

Demikianlah, hukum karma akan selalu berproses dan berlaku universal. Apakah orang percaya atau tidak, sadar atau tidak, diakui atau tidak, hukum karma universal ini akan bekerja sesuai alurnya kepada siapa saja tanpa kecuali.



Share:

Minggu, 24 Oktober 2010

Inilah Aku Sebenarnya (Karena Aku Menyayangimu)

Penggalan Gemerisik Ilalang, Sayup Di Telinga Membekas Di Rongga Dada (12)

Tak ingin ku perdulikan serpihan yang ada disekitarku, yang sesekali menyibak rasaku. Terkadang, aku mencoba untuk berlalu hanya demi menjaga sebuah hati. Tapi jujur, aku tak mampu melepasmu. Disaat kedekatan ini begitu hangat. Ada perasaan ingin berkata jujur. Ingin menunjukkan siapa sebenarnya diri ini. Bahwa sebenarnya tidak seperti yang kau kira. Tapi dimanakah keberanianku? Hilang lenyap, dan menguap entah kemana begitu melihatmu.

Aku bisa saja beralasan; menunggu sinyal yang kau berikan, bahwa kau siap menerima kenyataan ini. Tapi sampai kapan?

Dan hari demi haripun berlalu, menyisakan seonggok rahasia karena keberanianku yang sirna, dibalut oleh rasa bersalah tak berkesudahan. Hingga akhirnya sinyal itu begitu jelas terlihat di ucap dan sinar matamu. Terjadi keinginanku berkata jujur padamu. Aku tahu, ini mempertaruhkan kedekatan yang ada selama ini. Tapi semua demi kau. It's really all for you.

Sungguh tak mudah ungkapkan itu. Dan samasekali tak ada niat mempermainkan. Segenap keberanian kukumpulkan. Dan dengan sedikit gagap kuungkapkan kenyataan pahit ini, yang sekalipun dapat mengubah pandanganmu tentang diri ini, aku ikhlas...

Terdengar nada terkejut dari suara lembutmu. Membuat hati semakin bergetar. Aku terus berbicara, dan berbicara, hingga tak terdengar suaramu. Dan aku semakin takut… Aku tau kau shok, aku tau kau terkaget-kaget, dan aku tau hatimu menangis.

Berat... Sungguh berat sekali hari ini. Percakapan yang diawali canda dan berakhir dengan linangan airmatamu.

Yah.. Inilah aku sebenarnya. Mungkin kau akan berubah, tapi kuharap tidak...
Karena aku sungguh sayang kamu.

Dan bila nanti, kau bertanya tentang isi hatiku? Entahlah...
Yang kutahu, aku selalu menyanyangimu. Dan sekuntum doa itu selalu ada, untukmu.

(dari rasa yang terlalu)

Image Hosted by ImageShack.us



Share:

Award From Gaphe

A big thank you to Gaphe for giving me the award celebrates of the 100th post on his blog. Take a moment to check out her wonderful blog gaphebercerita.blogspot.com for yourself. Because on his blog, he tells of the journey he had made to several places such as Singapore, Surabaya, Makassar, Yogyakarta and several other places. Cuisine tasty or references in many places. Thanks friend, hopefully more and more the spirit of blogging.

Share:

Jumat, 22 Oktober 2010

Ingin Terlihat Lebih Menarik? Pilihlah Pakaian Merah!

Warna pakaian yang Anda pilih ternyata menyampaikan pesan pada orang di sekeliling Anda. Pesan itu bisa berarti menyejukkan, menggoda, gembira, atau menakutkan. Beberapa contoh dalam kehidupan sehari-hari misalnya, petugas keamanan yang memakai warna biru tua menyampaikan pesan berwibawa dan berkuasa, juru rawat yang memakai seragam warna hijau pupus menyiratkan kesan tenang dan damai.

Leatrice Eisman, seorang konsultan warna, penulis buku More Alive With Color, memberi arti dari warna merah sebagai; kekuatan, keberanian, konfidens, dan gairah. Selain itu merah adalah warna yang punya banyak arti, mulai dari cinta yang menggairahkan hingga kekerasan perang. Warna ini tak cuma memengaruhi psikologi tapi juga fisik. Penelitian menunjukkan, menatap warna merah bisa meningkatkan detak jantung dan membuat kita bernapas lebih cepat.

Ini adalah warna yang dinamis dan dramatis. Bila dipakai dalam dunia profesional memiliki kesan yang sangat kuat. Tapi jangan gunakan baju merah saat wawancara kerja. karena warna ini cenderung bisa menimbulkan konflik saat negosiasi. Kenakan warna merah hanya sebagai aksen saja, misalnya kamisol merah yang dipadankan dengan blazer abu-abu, setidaknya begitu menurut Eisman.

Pandangan serupa diungkapkan oleh peneliti dari Universitas Rochester New York, Amerika Serikat membuktikan pakaian merah juga membuat lawan jenis lebih menaruh perhatian, tergoda dan berhasrat untuk mendekat. Kelompok peneliti ini meyakini merah merupakan warna yang berkaitan dengan proses pembuahan. "Pada hewan, merah menandakan betina yang sedang subur-suburnya," kata salah satu peneliti, Niesta Kayser, seperti dikutip Daily Mail. Contohnya babon betina yang kulitnya memerah jika mendekati masa ovulasi.

Sedangkan menurut saya? ...hehe
Saya jadi teringat lagu "Lady in Red" nya Chris de Burgh, di album Into The Light, tahun 1986.

I've never seen you looking so lovely
as you did tonight,
I've never seen you shine so bright,
I've never seen so many men ask you
if you wanted to dance,
They're looking for a little romance,
given half a chance,
And I have never seen that dress you're wearing,
Or the highlights in your hair that catch your eyes,
I have been blind;

The lady in red is dancing with me,
cheek to cheek,
There's nobody here, it's just you and me,
It's where I want to be,
But I hardly know this beauty by my side,
I'll never forget the way you look tonight;

I've never seen you looking so gorgeous
as you did tonight,
I've never seen you shine so bright,
you were amazing,
I've never seen so many people want
to be there by your side,
And when you turned to me and smiled,
it took my breath away,
And I have never had such a feeling,
Such a feeling of complete and utter love,
as I do tonight;

The lady in red is dancing with me,
cheek to cheek,
There's nobody here, it's just you and me,
It's where I want to be,
But I hardly know this beauty by my side,
I'll never forget the way you look tonight;

I never will forget the way you look tonight
The lady in red, the lady in red,
The lady in red, my lady in red,

I love you...



Yap, tunggu apalagi? Anda ingin terlihat lebih menarik?
Pilihlah pakaian warna merah...


Share:

Jumat, 08 Oktober 2010

Menjadi Pemenang Di Tempat Dan Waktu Yang Tepat

Jika Anda disodori sebuah pertanyaan tentang ilmu apa yang paling dibutuhkan saat ini, kira-kira apa pendapat Anda? Tentulah setiap orang memiliki pendapatnya sendiri-sendiri yang bisa jadi berbeda satu sama lain, karena istilah “ilmu yang paling dibutuhkan” ini juga bisa dilihat dari banyak sisi. Namun di sini marilah kita melihatnya dari sisi gaya hidup saat ini, di era digital (dalam gaya hidup digital).

Salah satu ciri yang begitu kental dalam gaya hidup digital adalah perubahan yang begitu cepat. Rasanya hal-hal baru selalu datang silih berganti. Belum selesai belajar satu hal, hal yang baru sudah muncul. Baru saja mempelajari teknologi A, teknologi B sudah muncul. Dalam keadaan yang seperti ini, ilmu apakah yang paling kita butuhkan?

Bila Anda berpendapat bahwa ilmu yang dibutuhkan adalah ilmu untuk belajar ilmu baru dengan cepat, itu artinya karena perubahan sekarang yang begitu cepatnya. Maka ilmu yang terpenting adalah "ilmu tentang cara belajar", ilmu tentang bagaimana mempelajari sesuatu yang baru dengan efektif. Dengan demikian saat ada ilmu baru muncul, kita bisa mempelajari dan menyerapnya dengan cepat pula.

Namun demikian, marilah kita coba memikirkannya kembali, apakah benar bahwa ilmu yang paling dibutuhkan adalah ilmu untuk belajar ilmu baru dengan cepat? Apakah kemampuan untuk belajar dengan cepat saja cukup? Hm... mungkin Anda mulai berpendapat lain bukan?

Yup, sekarang ini perkembangan begitu pesatnya, sehingga orang yang mampu belajar cepat pun tidak akan mampu mengikuti semuanya. Kalau ia berusaha mengikuti semuanya, maka ia hanya akan menjadi orang yang rata-rata saja. Dan orang yang rata-rata di jaman sekarang ini gawat, benar-benar gawat! Mungkin ia bisa saja melamar ke banyak macam pekerjaan, tapi di semua pekerjaan itu kemungkinan besar ia akan ditolak, mengapa? Karena selalu ada orang-orang yang lebih baik daripada dirinya. Di jaman sekarang ini, orang yang hanya rata-rata memang akan selalu kesulitan mendapat tempat.

Lalu apa lagi yang kita butuhkan? Dalam hal ini, bila kita hanya memiliki kemampuan belajar cepat saja tentulah tidak cukup. And then what else is still lacking?
Kita percaya bahwa jawabannya adalah "kemampuan untuk memilih ilmu yang tepat". Kita harus mampu memilih ilmu yang tepat dulu, dan baru kemudian mempelajarinya dengan cepat. Dengan cara ini kita akan menjadi orang yang unggul di bidangnya.

Maka ilmu yang paling dibutuhkan adalah "ilmu untuk memilih ilmu yang tepat dan mempelajarinya dengan cepat". This is the key!

Dengan memilih ilmu yang tepat maka kita akan bisa memaksimalkan potensi dan waktu kita hingga menjadi lebih efektif dan efisien. Tidak ada energi yang terbuang percuma. Semua energi kita difokuskan ke satu arah yang akan memberikan dampak terbesar. Dan ditambah lagi dengan kemampuan belajar cepat, maka kita akan menjadi orang yang unggul di bidang itu. Kita bisa menjadi pemenang di tempat dan waktu yang tepat. Sekarang pertanyaannya adalah, sudahkah kita menguasai ilmu yang paling dibutuhkan ini?



Share:

Kamis, 07 Oktober 2010

Mengapa Kita Seolah Sulit Menemukan Cinta?

Mungkinkah Anda pernah mendengar teman Anda mendeskripsikan kehidupan rumah tangganya seperti ini? 'Saya memiliki segalanya, namun segala yang saya miliki itu ternyata adalah kesalahan'. Ya, andai saja kita tahu bagaimana memilih teman hidup, maka kita tak perlu 'terjebak' dalam kondisi desperado nantinya.


Para ahli mengatakan bahwa kita pada umumnya clueless tentang apa-apa yg kita inginkan, tak tahu tentang keinginan diri sendiri. Kita mencari-cari dan terus mencari apa yang dinamakan sebagai 'soulmate', kemudian berganti-ganti pasangan, bertukar-tukar pacar dari pacar satu ke pacar lainnya, namun tak menjamin bahagia pada akhirnya. Dan hingga kini tingkat perceraian masih lebih tinggi, dan lebih tinggi lagi.


Maka kenali diri kita sendiri terlebih dahulu,
sebelum mengenali orang lain dan menjalin relasi khusus dengannya.


Cobalah definisikan nilai-nilai hidup seperti apa yang kita miliki.
Nilai-nilai ini biasanya cenderung menetap dan mendampingi individu dalam menghadapi berbagai situasi kehidupan. Dan jika nilai-nilai ini dapat dikompromikan atau sesuai dengan nilai-nilai yang dianut oleh pasangan, maka nilai inilah nantinya yang dapat berperan. Ibarat 'perekat' dalam hubungan jangka panjang.

Yang termasuk ke dalam nilai2 ini yakni diantaranya terkait dengan: agama/kepercayaan yang dianut, kebiasaan individual dalam mengatur keuangan, kebiasaan individual dalam mengambil sebuah keputusan penting (apakah sendiri2 atau diputuskan berdua, atau terbiasa membutuhkan bantuan orang lain), pandangan pribadi terkait dengan kejujuran dan kesetiaan, bahkan tentang bagaimana pandangan anda tentang konsep sebuah perceraian pun harus dikenali.

Kenali dan pahami kebutuhan emosional kita.
Kebutuhan akan intimasi, kebutuhan akan pemuasan seksual, kebutuhan untuk dihargai, dipahami, diterima oleh pasangan kita adalah merupakan jenis-jenis kebutuhan yang harus kita kenali dan sadari keberadaannya pada diri kita. Tiap individu memiliki caranya tersendiri dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut dan mencapai kebahagiaan atas terpenuhinya kebutuhan tersebut.

Saat kita sudah kenal akan kebutuhan apa yang paling kita inginkan, maka saat itu pula kita dapat mencari orang seperti apa yang kita inginkan, dalam rangka pemenuhan kebutuhan tersebut. Contoh: jika kebutuhan akan rasa aman adalah hal paling penting bagi diri anda, maka lebih baik jika mencari pasangan yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut (kebutuhan rasa aman dapat berupa materi, atau masa depan yang pasti).

Identifikasikan pola kita dalam menjalin relasi, kasih sayang dan cinta.
Bagaimana caranya menemukan orang yang dapat sesuai dengan kebutuhan emosional kita dan dapat berbagi nilai-nilai yang sama dengannya? Jawabannya adalah: coba lihat pada jenis relasi paling baik yang sudah pernah kita alami bersama keluarga atau teman baik. Ingat-ingatlah hubungan dengan orang-orang tersebut yang telah membuat kita merasa 'tumbuh', menjadi diri sendiri dan merasa 'utuh'.

Lakukan uji coba (test drive) pada hubungan yang sudah kita miliki (sebelum menikah).

Jika uji coba sudah lewat dari 3 bulan, dan kita merasakan ada kemajuan, maka mulailah berpikir untuk menuju tahap yang lebih serius.

(freely translated from: Colette Bouchez - WebMD Feature)



Share:

Rabu, 06 Oktober 2010

Seiring Berjalannya Waktu, Sudahkah Kita Bermetamorfosis?

Waktu adalah sepenuhnya milik kita. Waktu bisa memberi kita kebebasan untuk belajar dari kesalahan masa lalu. Di sisi lain, kita juga telah dibuat tak berdaya oleh waktu. Pernahkah kita berada di suatu momen ketika segala sesuatunya berjalan, yang mungkin saja tidak sempurna, tapi semua berjalan seperti yang seharusnya, dan tak ada apapun di dunia ini yang kita inginkan selain "freeze the time"?

Saya pernah, dan mungkin Andapun pernah. Namun sayang, kita tidak dapat melakukan itu. Dan kita cuma bisa mengatakan: "Biarkanlah ia pergi". Dan lalu kehidupan kitapun terus berjalan. Tetapi apakah kita telah ikut pula berjalan?

Mungkin faktor bahasa kita yang tidak menggunakan pembagian waktu (tenses), sehingga mendidik kita untuk tidak memandang waktu sebagai potensi yang berharga. Atau mungkin kembali lagi ke penghargaan masing-masing individu terhadap waktu. Sekalipun saya tidak yakin itu, tetapi merupakan suatu hal yang saya percayai.

Ada sebuah paradoks romantis tentang waktu. Dengan segala keterbatasan waktu yang kita miliki, saat mengambil keputusan dalam memulai hubungan (atau apapun juga), haruskah kita menunggu atau bertindak saat ini juga? Lalu sudahkah kita bisa turut merasakan betapa romantisnya kenangan yang ditinggalkan waktu atau betapa romantisnya harapan yang disediakan saat kita tak sabar ingin menyatukan cinta dengan orang yang kita harapkan menjadi partner berbagi hidup?

Betapa romantisnya. Tapi sebelum kita terjebak lebih jauh lagi dengan romantisme waktu ini, sebaiknya segeralah kita sadar. Waktu yang hanya sepanjang 24 jam memang bisa membatasi gerak-gerik karena diluar kendali kita sebagai manusia. Namun, satu hal yang ada di tangan kita, yakni kebebasan menentukan pilihan yang kita ambil. Keputusan yang saya dan Anda ambil saat ini mempengaruhi apa yang kita rasakan, dapatkan, dan lakukan di masa yang akan datang.

Setelah mengevaluasi perkembangan apa saja yang sudah kita alami selama ini, baik secara mindset maupun dalam hal fisik dan penampilan. Sudahkah kita sepenuhnya bermetamorfosis? Karena selain kegagalan yang terjadi di masa lalu, yang sudah tentu merupakan hal yang wajar dan manusiawi sekali, langkah yang paling penting adalah bagaimana kita bisa memutuskan untuk merangkul masa lalu kita.

Yah... kita harus bisa menghargainya sebagai bagian hidup yang paling berharga yang bisa menjadikan kita seperti hari ini dan yang terpenting yaitu sepenuh hati mencurahkan setiap potensi yang kita miliki untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi dari waktu ke waktu.

Bila kita mau berubah, lakukanlah saja sekarang, saat ini juga! Tidak ada gunanya untuk menunda hingga besok, apalagi lusa. Keputusannya memang ada di tangan kita, tapi waktu yang kita pilih juga menentukan. Maka lakukan sekarang!


Image Hosted by ImageShack.us


Share:

Minggu, 03 Oktober 2010

Mungkinkah Kereta Api Telah Berubah Menjadi Monster Menakutkan?

Kereta api adalah salah satu jenis transportasi darat yang cukup di minati masyarakat. Kehadiran kereta api di Indonesia ditandai dengan pencangkulan pertama pembangunan jalan KA didesa Kemijen Jum'at tanggal 17 Juni 1864 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele. Pembangunan diprakarsai oleh "Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij" (NV. NISM) yang dipimpin oleh Ir. J.P de Bordes dari Kemijen menuju desa Tanggung (26 Km) dengan lebar sepur 1435 mm. Ruas jalan ini dibuka untuk angkutan umum pada Hari Sabtu, 10 Agustus 1867.

Keberhasilan swasta, NV. NISM membangun jalan KA antara Kemijen - Tanggung, yang kemudian pada tanggal 10 Februari 1870 dapat menghubungkan kota Semarang - Surakarta (110 Km), akhirnya mendorong minat investor untuk membangun jalan KA didaerah lainnya. Tidak mengherankan, kalau pertumbuhan panjang jalan rel antara 1864 - 1900 tumbuh dengan pesat. Kalau tahun 1867 baru 25 km, tahun 1870 menjadi 110 km, tahun 1880 mencapai 405 km, tahun 1890 menjadi 1.427 km dan pada tahun 1900 menjadi 3.338 km.

Selain di Jawa, pembangunan jalan KA juga dilakukan di Aceh (1874), Sumatera Utara (1886), Sumatera Barat (1891), Sumatera Selatan (1914), bahkan tahun 1922 di Sulawasi juga telah dibangun jalan KA sepanjang 47 Km antara Makasar - Takalar, yang pengoperasiannya dilakukan tanggal 1 Juli 1923, sisanya Ujungpandang - Maros belum sempat diselesaikan. Sedangkan di Kalimantan, meskipun belum sempat dibangun, studi jalan KA Pontianak - Sambas (220 Km) sudah diselesaikan. Demikian juga di pulau Bali dan Lombok, juga pernah dilakukan studi pembangunan jalan KA.

Sampai dengan tahun 1939, panjang jalan KA di Indonesia mencapai 6.811 km. Tetapi, pada tahun 1950 panjangnya berkurang menjadi 5.910 km, kurang lebih 901 km raib, yang diperkirakan karena dibongkar semasa pendudukan Jepang dan diangkut ke Burma untuk pembangunan jalan KA disana.

Jenis jalan rel KA di Indonesia dibedakan dengan lebar sepur 1.067 mm; 750 mm (di Aceh) dan 600 mm dibeberapa lintas cabang dan tram kota. Jalan rel yang dibongkar semasa pendudukan Jepang (1942 - 1943) sepanjang 473 km, sedangkan jalan KA yang dibangun semasa pendudukan Jepang adalah 83 km antara Bayah - Cikara dan 220 km antara Muaro - Pekanbaru. Ironisnya, dengan teknologi yang seadanya, jalan KA Muaro - Pekanbaru diprogramkan selesai pembangunannya selama 15 bulan yang memperkerjakan 27.500 orang, 25.000 diantaranya adalah Romusha. Jalan yang melintasi rawa-rawa, perbukitan, serta sungai yang deras arusnya ini, banyak menelan korban yang makamnya bertebaran sepanjang Muaro - Pekanbaru.

Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945, karyawan KA yang tergabung dalam "Angkatan Moeda Kereta Api" (AMKA) mengambil alih kekuasaan perkeretaapian dari pihak Jepang. Peristiwa bersejarah yang terjadi pada tanggal 28 September 1945, pembacaan pernyataan sikap oleh Ismangil dan sejumlah anggota AMKA lainnya, menegaskan bahwa mulai tanggal 28 September 1945 kekuasaan perkeretaapian berada ditangan bangsa Indonesia. Orang Jepang tidak diperkenankan lagi campur tangan dengan urusan perkeretaapian di Indonesia. Inilah yang melandasi ditetapkannya 28 September 1945 sebagai Hari Kereta Api di Indonesia, serta dibentuknya "Djawatan Kereta Api Republik Indonesia" (DKARI). (http://www.kereta-api.com)

Tetapi, sejarahnya yang panjang tidak membuat perkereta api-an di Indonesia menjadi semakin lebih baik malah semakin memprihatinkan. Baru-baru ini tabrakan KA di Pemalang Jawa Tengah antara Kereta Api Argo Anggrek dan KA Senja Utama, menggugah kembali rasa prihatin masyarakat akan buruknya pelayanan PT Kereta Api Indonesia (KAI).

Dalam dunia perkeretaapian, kecelakaan yang dianggap paling konyol adalah tabrakan antara dua lokomotif berhadapan (head to head). Asumsinya, masing-masing masinis berada di posisi paling depan dan paling tahu keadaan serta bisa segera bertindak jika ada hal-hal yang membahayakan, misalnya, ada kereta lain di depan.

Kecelakaan jenis lain, misalnya, terguling akibat rel bergeser, atau bahkan menabrak KA dari belakang (tabrakan KA di Pemalang), dianggap masih lebih rendah derajatnya daripada head to head. Memang bisa saja terjadi head to head akibat kesalahan arah karena "salah wesel", artinya perangkat wesel memindahkan arah ke rel yang ada keretanya. Tetapi, itu jarang terjadi, sebab umumnya kereta api mengurangi kecepatannya kalau masuk stasiun, terutama kalau ada tanda masuk rel belok.

Yah.., setiap kecelakaan tentu ada sebabnya, termasuk kecelakaan transportasi yang mungkin dapat dicegah. Yang secara umum terdapat 2 hal pokok, yaitu: perilaku kerja yang berbahaya (unsafe human act) dan kondisi yang berbahaya (unsafe conditions). Dari penelitian-penelitian yang telah sering dilakukan ternyata faktor manusia memegang peran penting dalam hal timbulnya kecelakaan. Penelitian menyatakan bahwa 80% - 85% kecelakaan disebabkan oleh kelalaian atau human error.

Karena itulah semua kesalahan kerap ditimpakan pada peralatan atau paling sering faktor human error. Teori memang menyebutkan, dari setiap kecelakaan, 80 persen penyebabnya adalah faktor manusia, sementara peran cuaca, perangkat teknik dan sebagainya tidak terlalu besar. Dan masinis memang selalu jadi kambing hitam paling empuk. Sudah kena CO (commissie van onderzoek - pemeriksaan internal), juga bisa kena pidana kalau menyangkut nyawa manusia. Dan secara kasat mata mungkin saja mereka memang salah bila menjalankan KA tanpa taat prosedur.

Mungkinkah kereta api telah berubah menjadi monster menakutkan karena kecelakaan yang membawa korban jiwa? Semoga tidak. Dan semoga pula kereta api tetap di minati masyarakat sebagai jenis transportasi darat yang murah, aman dan nyaman.


Share:

Minggu, 26 September 2010

Apa Imbalannya Kita Melakukan Kebaikan?

Pernahkah Anda mendengar teman sejawat Anda bertanya; "Jika saya memberi lebih kepada perusahaan, apa imbalannya untuk saya?" Terdengar familiar bukan? Sejauh yang kita sama tahu, lumrahnya orang yang berkontribusi lebih akan mendapatkan imbalan lebih. Hanya saja, kadang imbalan tidak selalu berupa uang. Sebab ketika seorang atasan menepuk bahu bawahannya karena hasil kerjanya lebih baik dari teman-temannya; itu adalah termasuk suatu imbalan. Ketika para pelanggan lebih puas dengan pelayanan kita dibandingkan yang dilakukan oleh teman-teman kita, maka itupun sebuah imbalan.

Dalam kehidupan duniawi, tidak semua perbuatan baik mendapatkan imbalan yang pantas. Perusahaan banyak yang pelit kepada karyawan, atasan banyak yang tidak adil dalam mengambil keputusan, teman banyak yang mengklaim pekerjaan orang lain sebagai miliknya sendiri. Sedangkan Tuhan, tidak pernah keliru dalam menilai dan memberi imbalan. Hitungannya sudah pasti dijamin akurat. Oleh karena itu hanya kepada Tuhanlah kita menggantungkan harapan. "Wa ilaa robbika farghob" yang berarti "Dan kepada Tuhanmulah hendaknya kamu menggantungkan harapan."

Maka marilah kita terus berkarya, hingga sebanyak mungkin potensi diri kita yang dapat didayagunakan. Agar banyak manfaat yang bisa kita tebarkan. Sedangkan imbalannya, mungkin kita dapatkan secara kontan di dunia. Atau mungkin langsung dimasukkan kedalam rekening tabungan kita untuk bekal diakhirat kelak.

Dan mari setelah kita menyelesaikan suatu kegiatan yang baik, kita lakukan lagi kegiatan baik lainnya. Menyelesaikannya, lalu mulai lagi dengan kegiatan baik lainnya lagi. Terus menerus begitu. Mumpung kita masih punya waktu sebelum Tuhan menyetop waktu kita di dunia.



Meski kebaikan yang kita lakukan itu kecil saja, imbalannya tetap ada
dan bermakna.


Share:

Jumat, 24 September 2010

Apakah Kita Telah Benar-benar Bertanggungjawab Dengan Waktu Kita?

Tahukah Anda salah satu keluhan yang paling sering kita lontarkan adalah tentang keterbatasan waktu? Mungkin pernah atau bahkan saat ini, kita merasa seolah-olah pekerjaan yang harus kita selesaikan begitu banyaknya. Sehingga hal-hal yang seharusnya selesai, malah terbengkalai.



Bagi orang-orang yang berpikiran positif, selalu memandang keterbatasan waktu sebagai sinyal baginya agar benar-benar memanfaatkan waktu yang tersedia untuk hal-hal yang bermanfaat. Mereka memastikan bahwa waktunya digunakan dengan efektif, untuk hal-hal yang positif secara produktif. Sedangkan bagi orang-orang yang berpikiran negatif, memandang keterbatasan waktu sebagai penghalang, sekaligus alasan untuk tidak menyelesaikan tanggungjawabnya. Pertanyaannya sekarang adalah; apakah memang pekerjaan kita yang terlalu banyak, ataukah kita yang tidak benar-benar menggunakan waktu yang kita miliki untuk hal-hal yang berguna?

Ironis sekali bila seringkali kita mengatakan kepada atasan bahwa kita tidak mempunyai cukup waktu untuk mengerjakan begitu banyaknya tugas ini dan itu yang dibebankan perusahaan kepada kita. Kita mengeluhkan terlalu banyaknya pekerjaan; sementara disaat seharusnya kita bekerja, kita mungkin malah menyia-nyiakan waktu kita untuk sesuatu yang sama sekali tak berguna buat perusahaan yang membayar kita. Tidak juga bisa menjadikan diri kita tambah pintar, atau lebih terampil.

Kitapun bukannya harus bersembunyi dari atasan kita. Karena permasalahannya bukan terletak pada apakah kita bisa bersembunyi dari atasan atau tidak. Bukan pula apakah waktu itu kita sia-siakan dengan mengobrol yang tidak jelas atau melakukan hal lain yang kurang bermanfaat. Melainkan apakah kita telah benar-benar bertanggungjawab dengan waktu kita?

Ada orang yang mengatakan; "Setelah semua pekerjaan sudah saya selesaikan, maka soal sisa waktu yang ada, itu adalah mutlak urusan saya. Mau saya gunakan untuk apa sisa waktu itu terserah saya."
Jika kita mendengar perkataan semacam ini, perlu diuji kebenarannya. Betulkah pekerjaan orang ini sudah selesai? Atau barangkali memang perusahaan telah salah mempekerjakan orang.

Jaman sekarang perusahaan-perusahan lebih membutuhkan orang-orang yang bukan hanya terampil. Tetapi juga penuh inisiatif. Karena orang-orang
yang sekedar terampil mungkin bisa menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan juklak. Sedangkan orang-orang yang melengkapi keterampilannya dengan inisiatif; bukan sekedar akan menyelesaikan pekerjaan, melainkan datang kepada atasannya dengan gagasan-demi gagasan. Sebab orang-orang yang penuh inisiatif tidak perlu menunggu sang atasan
untuk menyuruhnya melakukan tugas ini dan itu. Dia sendirilah yang berinisiatif untuk itu. Lagi pula, mana ada atasan yang bisa selamanya mengawasi dan menyuapi setiap bawahan?

Dalam Al-Quran ayat ke-7 surat Alam Nasyroh yang berbunyi; "Fa idzaa faroghta fanshob". Yang bila diterjemahkan kalimat itu berarti; "Maka ketika engkau telah selesai mengerjakan suatu urusan, maka kerjakanlah urusan berikutnya."
Dengan kata lain, kalimat itu mengingatkan kita tentang betapa banyaknya hal yang menunggu untuk kita tangani. Sehingga, sesungguhnya kita tidak memiliki cukup alasan untuk berhenti berkarya. Oleh karena itu, orang-orang yang mengikuti nasihat ini bersedia berpindah dari satu tugas kepada tugas lain. Dari satu aktivitas kepada aktivitas lain. Dari satu pencapaian, kepada pencapaian lain.

Kalau begitu kapan sih kita boleh beristirahat? Yah, waktunya istirahat, maka kita istirahat saja. Dan disaat kita harus bekerja, maka bekerjalah kita. Jika kita bisa menempatkan kedua hal itu saja, kita sudah menjadi pribadi yang lebih baik. Dan dengan prinsip ini tidaklah mungkin kita mengatakan bahwa pekerjaan kita sudah selesai. Sebab jika demikian; apa alasan perusahaan memperpanjang masa kerja kita? Bukankah tidak ada gunanya bagi perusahaan? Ngapain mempekerjakan karyawan untuk suatu pekerjaan yang sudah selesai?



Sebelum mengeluhkan bahwa waktu yang kita miliki tidak cukup,
lebih baik terlebih dahulu memastikan bahwa kegiatan yang kita lakukan
cukup berharga untuk mengisi waktu yang sedikit itu.


Share:

Sabtu, 18 September 2010

Aku Selalu Terjaga Untukmu

Penggalan Gemerisik Ilalang, Sayup Di Telinga Membekas Di Rongga Dada (11)

Dapat aku mengerti bila salah satu dari dua hal yang pasti akan aku temui bila mencintai sesuatu; kebahagiaan ataukah menderita.

Dan lalu kehidupan kita terus berjalan. Bahkan berlari...
Lari dari segala macam hal, mungkin dari kehidupan itu sendiri.

Lantas kau bertanya; "Apakah ada orang yang bisa lolos dari kepedihan?"
Seperti saat kau bersiap untuk terlelap di malam hari, dan terbangun di keesokan paginya. Ia muncul dengan tepat waktu, agak sedikit terlambat saat kau sakit dan lemah.

Seringkali kau berharap untuk hari yang baik.
Jika itu hari yang baik, kau harus memberitahu dirimu; "Kau bisa menyelesaikannya".
Karena hari ini bisa jadi berbeda. Di hari ini mungkin sesuatu akan terjadi...

Lihat! Sebagian orang hidup dengan rasa sakitnya. Karena hanya itu yang mereka miliki. Dan mereka bersamanya, takut akan tergelincir.

Orang seperti aku, yang suka akan bermimpi, dengan atau cara lainnya.

Aku selalu terjaga...


(dari rasa yang terlalu)


Image Hosted by ImageShack.us



Share:

Kamis, 05 Agustus 2010

Sejarah Terjadinya Perang Dunia II (Penyebab)

Menjelang peringatan hari kemerdekaan negara kita di bulan Agustus ini, saya tertarik untuk mengajak Anda mengingat kembali sejarah terjadinya Perang Dunia ke II. Karena betapa perang telah begitu merusak dan memporak-porandakan segala sendi kehidupan umat manusia.


Sejarah telah mencatat, bahwa pada tahun 1939-1945 telah terjadi Perang Dunia II. Dua fraksi yang bertikai dalam peperangan ini adalah kekuatan Fraksi Fasis (Jerman, Italia dan Jepang), dengan Fraksi Anti-Fasis yang bersekutu (Inggris Raya, Prancis, dan Amerika Serikat). Sedangkan Uni Soviet dan negara-negara lainnya yang tidak termasuk kedalam dua fraksi ini lebih bersifat moderat dan netral.

Perang Dunia II ini adalah perang berskala terbesar dan berdampak paling fatal dalam kehidupan umat manusia. Inilah hasil dari agresi tiga negara Imperialis ; Jerman, Italia dan Jepang.


Penyebab Terjadinya Perang

Mendirikan kekuasaan politik fasisme dan agresi militer untuk memperluas tiga bangsa imperialis Jerman, Jepang dan Italia adalah akar penyebab dari Perang Dunia II.

Pada tahun 1930an, negara-negara fasis tersebut memulai perang dalam skala kecil dengan negara-negara tetangga. Namun, serangan brutal Jerman ke beberapa negara yang berpengaruh di Eropa [Inggris, Prancis, Belanda] dan ekspansi besar-besaran Jepang ke lautan Pasifik menjadi penyulut dari Perang Dunia II ini ke arah perang global. Selama musim semi dan musim panas tahun 1939, ketegangan meningkat di antara negara-negara Eropa. Perang Dunia meletus akhirnya setelah perjuangan diplomatik rumit dari invasi Jerman di Eropa dan invasi Jepang di Asia.

Serangan angkatan bersenjata Jepang atas Pearl Harbor memprovokasi Perang Pasifik dan perang terjadi sepanjang Asia Tenggara dan Oceania. Serangan itu membuat Amerika Serikat dan negara-negara sekutu terlibat dalam perang global yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Image Hosted by ImageShack.us



Share:

Selasa, 02 Maret 2010

Karena Hanya Kita Yang Tahu

Penggalan Gemerisik Ilalang, Sayup Di Telinga Membekas Di Rongga Dada (10)



Tentang apakah ini yank…
Bila kusuka dirimu,
bila kusayang dirimu.
Namun apakah mungkin
kita bersama selamanya,
sekalipun mungkin
itu yang sama kita inginkan.

Tentang apakah ini yank…
Bila kusadari beda kita,
demikian pula dirimu.
Namun sungguh
kita ingin selalu bersama,
karena mungkin
itu yang sama kita inginkan.

Biarlah sayangku sayangmu
bagai telaga kemilau,
ingin memancarkan sinar
di bening matamu.
Biarlah sayangku sayangmu
bagai telaga biru,
ingin kupeluk cintamu
di kesepian hidupku.

Tak perduli tentang apa ini yank...
karena hanya kita yang tahu.
Tak perduli tentang apa ini yank...
karena hati kita dekat selalu.
Hingga kita takkan pernah pisah,
walau mungkin raga kita takkan pernah bisa
bersama selamanya.

(dari rasa yang terlalu)


Image Hosted by ImageShack.us


Share:

Kamis, 14 Januari 2010

Bos Anda Adalah Cerminan Perilaku Anda

Bagi Anda yang bekerja di perusahaan mana saja, menjadi bawahan yang dipimpin oleh pimpinan yang simpatik, gak bossy, bukan pimpinan yang hanya bisa mengumbar janji surga, pimpinan yang mengasihi bawahannya, pimpinan yang gak suka menekan dan menyengsarakan seluruh karyawan, merupakan sebuah keberuntungan yang patut disyukuri dengan bekerja sepenuh hati, penuh semangat, tanpa stres oleh perilaku atasan Anda.

Seperti dalam sebuah rumah tangga, bila citra sang suami bagus, maka citra istrinyapun ikut bagus. Begitu pula dalam lingkup pekerjaan, bila citra seorang atasan bagus maka citra bawahannya juga turut bagus. Semua bermula dari atas dan mengalir ke bawah.

Pimpinan seperti itu merupakaan dambaan bagi bawahan yang memiliki pimpinan yang justru kebalikannya, apalagi yang cenderung arogan. Tentu menyebalkan bekerja dengan pimpinan seperti itu.

Nah Bagaimana bila keadaannya terbalik seperti itu? Dalam keadaan demikian, jujur saya pribadi kurang setuju bila Anda mengatakan “Jangan mencoba untuk mengubah perilaku atasan Anda : Sesuaikan perilaku anda dengan atasan Anda”. Hmm… mungkin akan lebih baik bila kalimat itu dibalik menjadi, “Cobalah untuk mengubah perilaku atasan Anda : Jadikan perilaku anda sebagai cerminan bagi atasan Anda”.

Karena bisa saja justru citra bagus atasan adalah cerminan dari citra bawahannya yang ciamik. Mengapa tidak? Tinggal pertanyaannya sekarang, bisakah kita menjadi cerminan bagi atasan kita? Yah setidaknya Anda pasti tahu dengan ungkapan seperti ini; belajar bisa dari mana saja dan dari siapa saja, ya kan? Soal berhasil atau tidak, tak ada salahnya untuk mencoba.

Maka mari jadikan diri Anda sebagai bawahan yang bisa dijadikan cerminan atasan Anda.

Sadari saja sejak awal bahwa Anda itu bawahan.
Nah kalau yang namanya bawahan ya... bawahan saja, nggak pakai acara punya perilaku seperti atasan. Masalahnya kalau bawahannya sudah kayak atasan, apa gunanya atasan belajar dari bawahannya bukan? Karena kalau bawahan sok nge bossy, yaa... atasannya juga nanti belajar jadi bossy, wew parah…hahaha

Juga jadilah bawahan yang apa adanya.
Bilang ‘BISA’ kalau bisa, bilang ‘TIDAK BISA’ kalau memang tidak bisa. Jangan pernah janji-janji surga. Karena bila tak terpenuhi Anda akan dianggap sebagai pengumbar janji surga. Parah bukan kalau atasan belajar dari bawahan macam itu? Hingga nantinya atasan jadi mengikuti perilaku Anda.

Ya… ya… bisa jadi kalau sekarang Anda punya atasan yang hanya bisa mengumbar janji surga (dan kalau ditanya mengatakan ‘tak pernah mengatakan itu’), mungkin atasan Anda malah sudah belajar dari Anda sebagai bawahannya. Kan Anda pasti setuju dengan pendapat yang mengatakan ini, inspirasi negatif atau positif bisa datang dari mana saja, …hahaha. Makanya sebagai bawahan jangan macam-macam dalam memberi inspirasi.

Dan kalau jadi bawahan jangan suka menjegal sesama kolega.
Karena sebagai bawahan tak berarti Anda jadi bos (hanya karena masih ada orang yang punya posisi di bawah Anda). Dan kalaupun Anda berpredikat manager, Anda itu masih bawahan manager senior. Jadi kalau Anda dikasihi senior Anda, ya kasihanilah bawahan Anda. Jangan pernah Anda dikasihi atasan, lalu Anda malah menekan bawahan dan membuat hidup bawahan seperti di neraka. Bahayanya nanti atasan Anda akan belajar dari perilaku Anda itu dan menjadi manusia yang suka menekan dan menyengsarakan seluruh karyawan.

PS:
Dibawah ini oleh-oleh award dari sahabat blogger, mbak Dina (Ducky). Dua buah Award yang memang belum ada dalam koleksi awardku, terimakasih ya mbak… Glad to know you.





Share:

Jumat, 01 Januari 2010

Mengapa Tak Kita Manfaatkan?

Penanggalan lama telah lepas dari dinding waktu, terkulai layu meninggalkan kenangan kepedihan dan kebahagiaan, kegagalan dan keberhasilan. Apakah di tahun yang baru ini kita mampu mengarifi dan belajar dari apa yang telah kita alami dan raih di tahun kemarin?

Saat udara malam pergantian tahun terhirup, sebuah asa seakan mengalir memenuhi rongga dada, memenuhi paru-paru, lalu mengendap di benak kita. Sebuah momen yang sungguh sayang bila disia-siakan, karena masih banyak tugas yang belum tunai di tahun kemarin. Masih banyak rencana dan harapan yang belum terlaksana.

Saya dan juga Anda tentu berharap banyak di tahun yang baru ini...
Harapan untuk menjadi lebih baik dari kemarin,
Harapan untuk menghindari tindakan bodoh yang pernah dilakukan kemarin,
Harapan untuk lebih berhasil dari keberhasilan kemarin,
Harapan untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya dari pada kemarin,
Dan beribu harapan yang mungkin pula berbeda antara harapan orang yang satu dengan yang lainnya. Namun satu core dari semua itu, kita masih memiliki semangat yang tak ternilai, selama kita masih memiliki banyak harapan.

Mungkin pula itu yang mendasari keinginan memanfaatkan momen pergantian tahun ini dengan sesuatu yang lain, yang tentunya dengan sebuah harapan yang baru pula. Seperti warna dan style template yang saya pilih untuk blog saya di tahun ini. Lumayan sederhana dan meneduhkan. Semoga Anda menyukainya pula dan betah singgah berteduh di sini.


Kehidupan sering kali memberikan hal terbaiknya untuk kita, seperti menawarkan momen demi momen terhebat di sepanjang perjalanannya. Bahkan momen sekecil dan sesederhana apapun, bila kita mampu menjadikannya sebagai pemacu bagi kita untuk menjadi lebih baik lagi dari pada hari kemarin, mengapa tak kita manfaatkan?



Share: