Penggalan Jurnal Kehidupan, Kisah, Inspirasi, Informasi, Tips, Opini

Selasa, 02 November 2010

Bencana dan Politik Pencitraan


Pascabencana dalam dua bulan terakhir. Mulai gempa Wasior, gempa diringi tsunami di Kepulauan Mentawai, dan letusan Gunung Merapi, semua korban selamat sangat membutuhkan bantuan, terutama logistik, obat-obatan, pakaian dan tempat berteduh. Beruntung berbagai elemen masyarakat terpanggil memberikan bantuan kepada para korban. Bantuan juga datang dari pemerintah.

Namun sayang, di balik derita para korban masih saja ada pihak yang tega bertindak tanpa mempertimbangkan etika moral. Seperti yang diberitakan di beberapa media massa, di tengah lokasi bencana dan pengungsi Merapi sekarang ini, ratusan spanduk berbagai merk seperti provider telepon seluler, makanan dan minuman, otomotif, bank swasta, dan merk produk lain seolah berlomba memasang spanduk, baligo dan umbul-umbul di lokasi bencana. Bahkan para kontestan pemilihan (parpol dan ormas) pun tak mau ketinggalan, mereka berlomba membentangkan spanduk dengan ukuran besar dan benderanya berkibar-kibar di udara.

Ya... Tujuannya tentu saja mendompleng nama di tengah duka korban hembusan awan panas Merapi. Bantuan yang mereka berikan seolah ditunggangi tendensi keuntungan dan kekuasaan. Betapa ironis dan memilukan sekali, di tengah kesedihan warga Merapi kekuatan kapital dan parpol tetap tak punya hati, mencoba menangguk keuntungan dan kekuasaan dengan cara-cara keji. Mereka larut dalam politik pencitraan (imagologi politic) yang tengah marak dalam lima tahun terakhir.

Membantu memberikan kebutuhan pokok tersebut seharusnya menjadi perhatian para parpol. Bukan malah ikut-ikutan berlomba-lomba memasang atau membentangkan spanduk di sekitar pengungsian. Pola tersebut justru melahirkan rasa tidak empati kepada masyarakat, terutama yang berada di pengungsian.

Bila mereka memiliki nurani ingin meringankan beban para korban, mengapa juga harus memasang spanduk atau media lainnya saat melakukan aksi kemanusian? Masyarakat tidak membutuhkan bentangan spanduk, baligo atau bendera mereka berkibar-kibar diudara. Yang diharapkan para pengungsi adalah kebutuhan pokok, selimut, obat-obatan dan tempat tinggal yang layak.

Sungguh "Dalam kekalutan masih banyak tangan yang tega berbuat nista..."

Share: