Penggalan Gemerisik Ilalang, Sayup Di Telinga Membekas Di Rongga Dada (8)
Penghujung musim ini memberi sederet makna. Ada amarah menggelegak. Kala kebimbangan akan sebuah keputusan yang teramat berat, kala kekecewaan menghampakan sebuah harapan. Sungguh, amarah telah menjelmakan karakter lain. Dan aku enggan berdiri, lebih baik duduk diam, atau bahkan tidur. Hingga musim berikutnya, tatkala amarah telah terpadamkan.
Bagaimanapun tak sepatutnya amarah terlampiaskan kepada mahluk lain, bagaimanapun lebih mulia memendamnya hingga alih-alih orang lain, tangan dan kaki pun tak tahu bila amarah sedang menggelegak di hati. Memaafkan dan menyelesaikan setiap permasalahan, dari pada menghunuskan amarah. Dari sisi manapun takkan ada pembenaran dengan timbulnya amarah, kecuali permasalahan baru. Takkan ada penyelesaian hingga amarah terpadamkan, kecuali penyesalan...
Maafkan aku...
Apa dayaku bila aku hanya pohon yang tumbuh diantara dedaunan kering berserakan. Yang sekedar meneruskan kehidupan untuk musim berikutnya. Kehidupan yang kecil, berharga tapi kecil.
(dari penggalan hasrat yang tak teruraikan)
PS.
Sekalian ingin pamer award dari mbak Fanda setelah kelamaan berenang dari hulu ke hilir di Sungai Hidup (apalagi di tepi sungainya ada rumah mungil, siapa yang nggak betah?).
Penghujung musim ini memberi sederet makna. Ada amarah menggelegak. Kala kebimbangan akan sebuah keputusan yang teramat berat, kala kekecewaan menghampakan sebuah harapan. Sungguh, amarah telah menjelmakan karakter lain. Dan aku enggan berdiri, lebih baik duduk diam, atau bahkan tidur. Hingga musim berikutnya, tatkala amarah telah terpadamkan.
Bagaimanapun tak sepatutnya amarah terlampiaskan kepada mahluk lain, bagaimanapun lebih mulia memendamnya hingga alih-alih orang lain, tangan dan kaki pun tak tahu bila amarah sedang menggelegak di hati. Memaafkan dan menyelesaikan setiap permasalahan, dari pada menghunuskan amarah. Dari sisi manapun takkan ada pembenaran dengan timbulnya amarah, kecuali permasalahan baru. Takkan ada penyelesaian hingga amarah terpadamkan, kecuali penyesalan...
Maafkan aku...
Apa dayaku bila aku hanya pohon yang tumbuh diantara dedaunan kering berserakan. Yang sekedar meneruskan kehidupan untuk musim berikutnya. Kehidupan yang kecil, berharga tapi kecil.
(dari penggalan hasrat yang tak teruraikan)
PS.
Sekalian ingin pamer award dari mbak Fanda setelah kelamaan berenang dari hulu ke hilir di Sungai Hidup (apalagi di tepi sungainya ada rumah mungil, siapa yang nggak betah?).
13 komentar:
Betul banget tuh Sob, kalau amarah dilampiaskan hanya akan menambah masalah baru ya.
Iya saya udah tau, pasti lagi sibuk hehe..he..he BTW kabar baik kan?
emang bener amarah jgn dilampiaskan kepada orang lain,, tapi juga jangan dipendam sendirian,, sesak rasanya...
selamet buat awardnya yah,, keren lho :)
saiia maaf keun saiia maaf keun :(
salam kenal iia :)
yups setuju.....btw selamat awardnya ya...
sekalian ngucapin selamet atas ewotnya.. izin follow iia :)
selamat awardnya ya. tapi...kyknya lagi sedih nih. kenapa, Ran?
Awrdnya keren, selamat yak...
Amarah? bagusnya di lampiaskan dengan cara yang elekhaannnn ;p
Selamat atas Awardnya sobat,... Tulisan kali ini kayaknya lagi agak gusar sedikit yah...
haluuu, ini kali pertama aku ke sini...menikmati tulisanmu yg indah...
salam kenal .. ^_^
hemm, ya sih jujur qt sering egois, hingga kadang sandal tak berdosa pun jd sasaran kemarahan hehewhew... makasih uda mampir di gubuk saya :)
ada award ya untukmu.
@mba Fanny: Ok,, langsung brangkat ke tekape
paling susah nahan marah, ran... jadi nangis deh.. hehehe *cengeng dot com*
Posting Komentar